Selasa, 20 Oktober 2009

Belajar Mengatur Emosi dari Nyamuk

Selelepas Isya, ketika duduk diruang tamu dan berbincang-bincang dengan putri saya yang berumur 12 tahun, ketanangan saya dan putri saya terganggu dengan banyaknya nyamuk. Padahal berbincang-bincang akrab dirumah dengan putri saya sekarang ini menjadi suatu momen yang langka. Hanya dua atau tiga kali setahun. Yaitu ketika putri saya libur sekolah. Sudah menginjak tahun kedua putri saya bersekolah di“Islamic Boarding School” atau pondok pesantren dan baru pulang kerumah pada saat liburan semester atau libur lebaran. Jadi, Libur sepuluh hari dirumah menjadi waktu sangat berharga buat kami. Kebiasaan berdiskusi selepas isya adalah kebiasaan saya dan putri saya sejak dia mulai bisa bicara. Bicara selayaknya ayah dan anak, seperti sahabat, seperti guru dan murid, dan juga berdebat. Alhamdulillah kebiasaan ini menjadikan anak saya tumbuh cerdas dan berwawasan luas.

Sore itu nyamuk begitu banyak, lebih banyak dari biasanya. Sejak siang pintu depan memang sering dibuka agar udara segar bisa masuk. Rumah kami tidak ber-AC. Untuk membuat sejuk saya menanam banyak pohon dan menghiasi depan rumah dengan pot gantung. Mungkin pepohonan yang rimbun dibagian depan rumah menjadikan rumah kami sejuk sehingga jadi tempat yang nyaman bagi nyamuk. Saya memilih tetap sejuk dan banyak pohon walaupun banyak nyamuk daripada gersang tapi nyamuk tetap saja banyak. Selain itu, sejuk tanpa AC jelas menghemat listrik.

Raket nyamuk, belum di-recharge sehingga baterainya lemah dan tidak bisa digunakan. Obat nyamuk gosok habis. Jadi biarlah banyak nyamuk sore ini, nanti jika mau tidur baru disemprot.

Ada hal yang menarik, ketika kami sibuk menepuk nyamuk-nyamuk yang coba-coba menempel ditangan kami. Ketika akan ditepuk dan tangan mulai diarahkan dan rasa gemas atau emosi menyatu untuk segera menepak nyamuk, tiba-tiba nyamuk dengan cepat terbang menyelamatkan diri. Begitu berulaang-ulang. Putri sayapun saya perhatikan mengalami hal yang sama. Saya jadi tertarik, dan berfikir dalam.

Apakah nyamuk memiliki sensitifitas terhadap emosi saya atau karena ia merasakan gerakan saya yang akan menepuknya?.

Kemudian saya mencoba cara lain, saya membiarkan lengan saya dihinggapi nyamuk. Saya memasang strategi dengan diam dan tidak ada gerakan sedikitpun, tangan kiri dibiarkan digigit nyamuk dan tangan kanan dipersiapkan untuk menepuk secepat kilat. Lalu dengan emosi yang meninggi dan perasaan gemas, dendam dan nafsu ingin membunuh nyamuk tersebut, sayapun mulai berniat menyiapkan tangan saya untuk menepuknya secepat mungkin sehingga nyamuk tak bisa mengelak. Namun hasilnya mencengangkan, ketika emosi dan rasa ingin membunuh memenuhi perasaan, nyamuk sudah keburu terbang, tepukan belum lagi dilayangkan, bahkan tangan yang akan digunakan belum lagi deigerakkan. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali.

Saya semakin tertarik mengamati tingkah nyamuk-nyamuk itu. Kemudian mencoba strategi baru. Mengambil waktu agak lama saya mencoba menenangkan diri, mengatur emosi layaknya orang bermeditasi. Tak ada rasa marah, tak ada emosi, apalagi rasa kesal dan dendam untuk membunuh mahluk kecil itu. Wajah terpaksa disenyum-senyumkan agar hati menjadi segar. Perasaan datar saja, tepukanpun tidak mengerahkan tenaga, namun tetap berusaha agar mendapatkan kecepatan yang wajar. Hanya seperti layaknya menggerakkan tangan kearah lengan. Nyamuk yang menempel ditangan dianggap tidak ada. Dan anehnya, nyamuk diam saja dan rela mati terkena tepukan yang tidak seberapa cepat apalagi kuat. Saya coba beberapa kali, ternyata berlaku sama.
Sayapun mencoba untuk menepuk nyamuk yang menempel di sofa. Bila menepuk dengan emosi nyamuk terbang, menepuk dengan santai nyamuk diam, walaupun sesekali tetap terbang karena gerakan badan saya terlalu berlebihan. Saya mencoba pula menepuk nyamuk yang hinggap dikaki putri saya dengan dua metode tersebut. Rata-rata menghasilkan kesimpulan yang sama.

Hal tersebut saya informasikan ke putri saya, dan dia melakukan percobaan dua metode tersebut dan ternyata hasilnya rata-rata sama.

Wajah yang bengis, penuh kebencian, amarah, emosi, dendan dan niat menghancurkan ternyata sangat tidak disukai oleh nyamuk.

Ironis,
Dalam kehidupan nyata, banyak sekali kita menemukan manusia yang menampilkan wajah penuh amarah, bengis, hati emosi dan dipenuhi kebencian, kata-kata kasar dan tidak sopan. Dikantor banyak Bos memaki anak buah, dirumah banyak pembantu dimaki dan disiksa majikan, dijalan banyak orang saling sumpah serapah karena berkendaran tak mengindahkan aturan, para demonstran memaki pemerintah, dan seterusnya. Bahkan dalam kehidupan beragama pun tak lepas dari sifat itu, Suni memaki syiah, syiah memaki suni, dan seterusnya. Bahkan ada yang sangat destruktif. Orang-orang berperangai buruk tersebut bukan saja dibenci oleh nyamuk, bahkan manusia lainpun tentu akan membencinya. Kebencianpun menyebar kemana-mana. Kehidupan Islami yang rukun dan damai jadi tinggal teori.

Saya jadi ingat surah dalam Al-Quran. Dalam kitab suci Alquran, Allah SWT menegur Nabi Muhammad SAW karena Nabi menampilkan muka masam dan berpaling ketika seorang buta datang kepadanya. Bahkan hal tersebut diabadikan menjadi nama Surah, yaitu surah ’Abasa. QS:80. ”Ia Bermuka Masam”.

Karena sudah merupakan ketentuan Allah bahwa setiap suatu hal yang disebutkan didalam alquran adalah suatu yang penting dan wajib dikaji atau disimak dengan baik, dikaji dari berbagai hal, maka ”Bermuka Masam” pun adalah suatu hal yang penting. Sama pentingnya seperti hal-hal lain yang ditulis didalam Al-Quran seperti mengenai, keimanan, sholat, puasa, zakat. Atau sama pentingnya untuk dikaji seperti halnya Baja/besi yang disebut dalam surah al Hadid, lebah, dan semut, dan lain-lain. Menampilkan muka masam dilarang oleh Allah, bahkan Allah SWT menegur orang yang berlaku tersebut, termasuk Nabi, yang merupakan hamba dan Rasulnya yang mulia. Namun jarang sekali ini dibahas secara ilmiah, para ulama pun kabanyakan hanya membahas soal ibadah seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Dan banyak yang terlalu bersemangat mengkaji masalah jihad sehingga masalah bermuka masam dan pengaruhnya terhadap nyamuk tak terkaji secara dalam dan detail.

Nyamuk mengajarkan saya dan keluarga, bahwa nyamuk yang tak suka wajah beringas, dengan hati emosi penuh nafsu membunuh dan hasrat ingin menghancurkan. Nyamukpun mengantarkan saya pada surah ’Abasa. Jangan bermuka masam! Apalagi berkata kasar, berpenampilan sangar, bengis dan hati penuh dendam dan kebencian, apalagi nafsu ingin menghancurkan. Nauzubillah.

Dan, barangkali para teroris harus mengkaji ulang pemahaman mereka akan sifat destruktif pada diri mereka. Karena nyamuk saja pasti benci, apalagi korban teror dan keluarganya yang menderita serta masyarakat umum yang tak berdosa.

Minggu, 18 Oktober 2009

Ketika Allah mengirimkan Malaikatnya untuk menyelesaikan urusan kita

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (QS 8:9)

Sebagai orang beriman kita semua yakin bahwa hidup mati kita, rizki kita, jodoh kita dan segala sesuatu yang terjadi ataupun yang tidak terjadi terhadap kita semua sudah tercatat disisinya sebelum Allah menciptakannya (QS 57:72); namun jarang kita merasakan kehadiranNya atau para malaikatNya ketika hal ini (suatu peristiwa) terjadi.

Dalam sejarah peperangan kaum muslimin dari sejak zaman nabi sampai yang terakhir terjadi di Gaza beberapa bulan lalu; banyak kita baca bahwa para mujahidin tersebut begitu nyatanya merasakan kehadiran Allah dan para malaikatNya membantu mereka memenangkan peperangan. Hal ini pun sebagian diceritakan langsung d Al-Qur'an seperti dalam surat Al Anfal : 9 tersebut diatas.

Selama krisis Gaza banyak pula diceritakan betapa para mujahidin Palestina merasakan langsung kehadiran Allah dan para malaikatNya membantu mereka memenangkan peperangan; diantaranya adalah cerita berlariannya tentara Yahudi karena mendengar gemuruh pasukan berkuda (padahal zaman sekarang tidak ada pasukan berkuda); ditundukkannya anjing-anjing pelacak Yahudi hanya dengan 'diajak omong' oleh pasukan Islam yang lagi menjulurkan kepalanya di permukaan tanah (badannya bersembunyi dalam tanah); lolosnya pengiriman senjata ke garis depan peperangan karena penjaga perbatasan diajak ngomong oleh seorang 'nenek' dlsb-dlsb.

Di saat kita tidak berharap ke sesuatu selain hanya kepadaNya, kehadiran Allah dan malaikat-malaikat yang dikirimkanNya ternyata juga dapat dirasakan oleh orang-orang awam seperti kita.

Semalam hal inipun dirasakan oleh keluarga besar kami; ketika salah satu saudara memerlukan 4 kantong donor darah A+ untuk persiapan operasinya. Di seluruh kantor PMI dan bank-bank darah di Jakarta habis persediaan darah di musim lebaran ini karena sepanjang Ramadhan sangat sedikit orang yang mendonorkan darahnya. Sampai menjelang tengah malam di kantor PMI Kramat kami tidak peroleh darah yang dibutuhkan satu kantong-pun, sehingga kami dengan lunglai memutuskan untuk pulang dengan harapan akan berusaha mencari kembali besuk pagi.

Sebelum sampai mobil, salah satu dari kami mendapatkan telepon bahwa "tetangga dari teman dari ponakan" bersedia menyumbangkan darah A+ malam itu juga. 'Malaikat' ini akan segera berangkat dari rumahnya diujung selatan Jakarta tengah malam itu juga, mengemudikan mobil sendiri untuk secepatnya sampat Kramat untuk mendonorkan darahnya kepada orang yang sebenarnya nggak ada hubungan sama sekali – recipient-nya hanya "om dari temen dari tetangganya".

Coba kita bayangkan pada diri kita, kebanyakan dari diri kita. Bersedia kah kita tengah malam dibangunin tetangga, untuk kemudian saat itu juga harus berangkat nyetir mobil sendiri dari pinggiran kota ke pusat kota untuk menyumbangkan darah kepada orang yang bahkan tidak kita kenal sama sekali ?. Kemungkinan besarnya kita tidak akan tergerak untuk melakukan hal ini; tetapi nyatanya ada orang-orang yang bisa melakukan hal ini - siapakah mereka ini ?; hanya Allah-lah yang bisa menggerakkan hati orang-orang semacam ini.

Orang-orang semacam ini adalah 'malaikat' dalam wujud manusia yang digerakkan oleh Allah untuk menolong menyelesaikan masalah kita. Bahkan kalau kita hayati dan rasakan, kita bisa selalu merasakan kehadiranNya pada saat kita membutuhkan. KehadiranNya ini juga bisa kita rasakan ketika Dia mengirim orang-orang yang jujur menjadi mitra bisnis kita, orang-orang yang sabar menjadi klien kita, orang-orang yang berilmu dan ikhlas menjadi guru-guru kita, teman-teman yang hanya mencintai kita karena Allah dlsb. dlsb.

Dr. Yusuf Qaradhawi mensarikan cara memperoleh pertolongan Allah pada saat kita membutuhkan dalam beberapa butir berikut:

• Pertolongan Allah hanya diberikan kepada pelaku yang benar-benar turun di lapangan untuk berjuang. (QS 8 :9)
• Pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang menolong agamaNya. (QS 47:7)
• Hamba yang ikhlas dan memurnikan ibadah kepadaNya (QS 10:22)
• Hamba yang mensucikan diri dari mengkonsumsi segala hal yang diharamkanNya. (Hadits)
• Hamba yang menderita. (QS 21 : 87-88)
• Hamba yang terus berdo’a karena tidak tahu kapan do’anya akan dikabulkan – tidak tergesa-gesa. (Hadits).

Pekerjaan membangun ekonomi yang berkeadilan dan bebas riba di tengah arus kapitalisme global nan ribawi sungguh merupakan pekerjaan yang sangat besar, yang hanya bisa diselesaikan dengan kekuatan yang sangat besar - yang jelas diluar kemampuan kita manusia yang lemah ini. Namun karena yang akan menolong kita adalah Allah yang Maha Besar, maka insyallah tidak akan ada hal yang merintangi upaya kita untuk memujudkan berlakunya aturan syariah di bumi ini. Syaratnya ya itu tadi, kita harus berjuang untuk bisa menghadirkan pertolongan Allah dengan terjun langsung ke lapangan perjuangan (tidak cukup berwacana, berseminar dan berdebat), menolong agama Allah, ikhlas, mensucikan diri, bersedia menderita dan terus tidak berhenti berdo’a.

Semoga kekurangan kekurangan atas apa yang kita lakukan, Dia pula yang menyempurnakan karena Dia-lah yang Maha Sempurna…Amin.

Kamis, 08 Oktober 2009

1 Dari 4 Orang Di Dunia Adalah Muslim

Setelah diberitakan bahwa pada 2050, benua Eropa menjadi benua dengan Muslim terbesar di dunia, kini, sebuah peta baru diungkap: 1 dari 4 orang di dunia adalah Muslim. Begitu laporan CNN pada Rabu (7/10). Jumlah Muslim ini mencakup keseluruhan dunia, dan laporan itu cukup terperinci. Adalah Pew Forum on Rleigion & Public Life yang merilis laporan ini dengan judul “Mapping the Global Muslim Population.”

India, negara dengan mayoritas penduduknya Hindu, mempunyai pemeluk Muslim demikian banyak, di bawah Indonesia dan Pakistan. Itu artinya, India mempunyai Muslim dua kali lipat banyaknya daripada Mesir.

China mempunyai Muslim lebih banyak daripada Syria. Jerman memiliki Muslim lebih banyak daripada Lebanon, dan Russia mempunyai Muslim lebih banyak daripada Yordan dan Libya bahkan jika keduanya digabungkan.

Dua dari tiga orang Muslim di dunia tinggal di Asia, tersebar dari mulai dari Turki sampai Indonesia. Timur Tengah dan Afrika Utara, yang menjadi rumah bagi 1 Muslim dari 5 penduduk di dunia menduduki peringkat kedua dalam penyebarannya.

Sekarang ini, di dunia terdapat lebih dari 1,57 milyar Muslim di dunia. Ini merepresentasikan 23 % dari total keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah 6,8 milyar.

Kristen mempunyai pemeluk 2,25 milyar—berdasarkan laporan World Relgiions Database pada tahun 2005. Brian Grim, peneliti senior di proyek Pew Forum, sangat terkejut dengan perkembangan jumlah Muslim ini—ia mengatakannya langsung kepada CNN. “Jumlahnya melebihi apa yang saya perkirakan,” ujarnya.

Berita gembira ataukah ancaman?

Laporan ini—menurut Reza Aslan, penulis buku laris “No God but God”—bisa memengaruhi kebijakan PBB. “Penduduk di Timur Tengah semakin membuat kecil persentase pemeluk Muslim di seluruh dunia.” Komentarnya. “Jika sudah menyangkut Muslim di dunia, jumlah ini akan mengindikasikan bahwa pencapaian ini tak bisa difokuskan demikian kecil hanya di Timur Tengah saja.”

Reza Aslan yang mempunyai darah Iran-Amerika ini menambahkan bahwa jika tujuan dari laporan ini seharusnya untuk menyatukan pengertian antara PPB dan umat Muslim, maka fokusnya seharusnya di Asia selatan dan Asia Tenggara, bukan Timur Tengah. Reza sendiri mengatakan hal tersebut sebelum laporan Pew Forum dipublikasikan kepada publik. Komentar Reza sangat beralasan mengingat sekarang umat Muslim dipojokkan dengan isyu teroris.

Muslim, sebuah proyek besar

Menurut Grim, laporan ini dikerjakan selama tiga tahun dengan melibatkan 232 negara di dunia. Tujuan mereka adalah mendapatkan gambaran yang jelas akan populasi Muslim di dunia pada saat ini. Mereka mendatangi sensus dan survey nasional di setiap negara. Pew Forum menyebutkan laporan ini sebagai “proyek terbesar”. Detail penuhnya dan bahkan apa yang ditemukan oleh para peneliti ini sangat mengejutkan.

“Ada negara yang kami perkirakan tak ada umat Muslimnya, ternyata jumlahnya sangat besar,” ujar Alan Cooperman, associate director Pew Forum, seraya menyebutkan India, Russia, dan China.
Yang lainnya, 2 dari 5 orang Muslim hidup di negara dimana mereka menjadi minoritas. Menurut Cooperman, sementara orang berpikir bahwa populasi Muslim di Eropa lebih banyak imigran, itu hanya terjadi di Eropa bagian barat saja. “Sisanya di Russia, Albania, Kosovo, dan yang lainnya, adalah penduduk Asli. Lebih dari separuh Muslim di Eropa adalah penduduk asli.”

Cooperman juga mengatakan terkejut mendapatkan populasi Muslim di Afrika bagian gurun Sahara. Ada 240 juta Muslim di sana—dan itu artinya 15% dari jumlah keseluruhan Muslim di dunia.
Islam tak pelak menjadi satu-satunya agama yang berkembang sangat pesat di dunia, dengan negara seperti Nigeri yang jumlahnya Muslim-nya sekarang sama dengan Kristen. Menurut Pew Forum, Nigeria juga menjadi negara keenam terbesar penduduk Muslim-nya.

Islam di masa depan

Secara kasar, sembilan dari 10 Muslim di dunia adalah pemeluk Sunni, dan satunya lagi adalah Syi’ah. Satu dari tiga Syi’ah tinggal di Iran. Sisanya di Iraq, Azerbaijan, dan Bahrain. Dan dari data statistik ini, sangat sulit menemukan Islam sektarian.

Penemuan ini hanya tahap pertama dari proyek Pew Forum. Tahun depan, mereka rencananya akan mengeluarkan laporan tentang perkembangan Muslim di masa depan, dan focus penelitian mereka akan melibatkan umat Kristen, dan pemeluk agama lainnya. Kata Grim, “Kami tidak hanya peduli kepada Muslim. Kami mencoba memotret perkembangan agama di dunia ini.”

Senin, 05 Oktober 2009

Surauku Telah Roboh

Kita menjadi sangat sedih. Kita menitikkan air mata. Kita menjadi berduka, ketika melihat akibat gempa di kota Padang dan sekitarnya. Konon, ribuan orang masih terperangkap dalam rerentuhan bangunan. Lebih perih lagi dengan kabar hampir 400 orang penduduk di tiga desa Padang Pariaman yang terkubur hidup-hidup, ketika saat berlangsung pesta pernikahan.

Mengapa harus sedih? Mengapa harus menitikkan air mata? Mengapa harus berduka? Manusia menjadi sangat tersentuh dengan peristiwa yang secara visual dirasakan langsung. Dapat menyentuh seluruh esensi perasaan. Bangunan porak-poranda. Gedung-gedung, rumah, sekolah, rumah sakit, dan masjid-masjid ikut runtuh. Tangisan orang-orang yang kehilangan.Kehilangan sanak-famili,harta benda, dan segalanya, yang pernah mereka miliki.

Tapi, pernahkah kita bersedih, ketika melihat Surau (masjid) yang sedikit jamaahnya, saat shalat tiba? Hanya orang-orang tua, yang sudah hampir uzur, yang pergi ke Surau, dan jumlahnya tidak sampai satu shaf. Anak-anak muda sudah jarang ke Surau. Mereka hanya duduk-duduk di dekat Surau, saat adzan tiba berkumandang. Tak tergerak hatinya untuk shalat. Padahal, Islam akan tegak bila para pemeluknya menegakkan shalat. Bila pemeluknya sudah tidak lagi melaksanakan shalat, pertanda agama itu akan roboh, dan pemeluknya akan ikut roboh.

Bila kita berkunjung ke Sumatera Barat, dan Sumatera, pada umumnya, keadaan itu, dan begitu sedikitnya orang-orang melaksanakan shalat di Surau.

Tidak ada cerita lagi, anak-anak di Sumatera Barat, yang tidur di Surau di malam hari, dan mengaji serta mnghafal Al-Qur’an, seperti dahulu kala. Mereka banyak tak lagi mengenal Kitabullah Al-Qur’anul Karim. Pemerintah daerah mewajibkan anak-anak belajar Al-Qur’an, karena sudah banyak anak-anak yang tidak lagi pandai membaca Al-Qur’an. Konon, dahulu di Sumatera Barat, ada ungkapan, yang memiliki akar sejarah, yaitu, ‘Adad bersendi syara’, dan syara’ bersendi Kitabullah’. Masihkah, Kitabullah (Al-Qur’an) menjadi pegangan, sandaran, dan rujukan hidup, serta pedoman hidup, terutama dikalangan masyarakat Sumatera Barat?

Pernahkah kita bersedih, jika anak-anak muda jauh dari agama Islam, dan tidak faham dengan Islam? Sekarang tak ada lagi, ulama, fuqaha, dan orang-orang yang ‘tafaqu fiddin’ (mendalami agama), yang lahir dari Sumatera Barat. Generasinya Buya Hamka, Buya Sutan Mansyur, Buya Malik Ahmad, Buya Zas, Buya Datok Palimo Kayo, Isa Anshari, dan Mohammad Natsir, sudah tidak tumbuh lagi. Orang-orang yang terdidik, dan memiliki pemahaman Islam serta komitment terhadap Islam, yang baik, sudah tidak tumbuh lagi.

Sekarang, yang ada hanya kaum ‘pedagang’, yang menjadi generasi baru dikalangan masyarakat ‘Minangkabau’, semangat mengumpulkan menumpuk-numpuk harta, itulah yang menjadi kecenderungan baru. Mereka semuanya sibuk dengan urusan harta dan dunia, tapi mereka tidak mau lagi mengenal akhirat, dan kematian. Mereka terus mengumpulkan danmenumpuk harta, setiap hari dan waktu, tanpa lagi mengingat Rabbnya. Di pasar-pasar, toko-toko, dan perusahaan-perusahaan, yang memberikan kenikmatan kehidupan dunia, dan melalaikan mereka, sampai melalaikan shalat.

Pernahkah kita bersedih, ketika melihat anak-anak muda di kota Padang dan sekitarnya, yang wanitanya tidak lagi menutup aurat mereka? Pergaulan bebas melanda kehidupan mereka. Mereka yang mulai makmur, dan menikmati melimpahnya materi menjadi sangat bebas. Tempat-tempat wisata menjadi saksi atas berubahnya kehidupan mereka. Di malam minggu, pesisir kota pelabuhan Teluk Bayur, menjadi saksi atas bentuk-bentuk kemaksiatan, mereka berengkerama antara laki dan perempuan yang bukan muhrim, dan mereka lupakan kepada Rabbnya.

Di kota Padang, mall, plaza, hotel berbintang, serta kafe, menggantikan Surau bagi anak-anak muda. Di kota tempat-tempat yang menjadi kunjungan wisata, dan didatangi turis asing, seperti kota yang dekat dengan Danau Maninjau, tempat lahirnya Buya Hamka, konon sudah berani pedagang, yang memiliki rumah makan, menjual minuman keras (bir). Tidak takut lagi dengan syara’ (hukum agama). Konon, kalangan masyarakat Padang, yang sudah makmur ekonominya, orang tua menjadi sangat ‘malu’, kalau anaknya masih menggunakan bahasa Minang.

Dikalangan masyarakat, diantara orang tua, banyak yang memberi nama anaknya, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama (Islam) yang mereka peluk, misalnya mereka memberi nama anak-anak mereka diantaranya, seperti Samuel, David, John, Edward, Oktovianus, Henry, dan lainnya. Sepertinya, menjadi ‘malu’ atau ‘takut’ memberi nama dengan kata-kata yang memiliki keterkaitan dengan Islam. Mereka menjadi terasing dengan agama mereka. Konon, juga orang-orang yang sudah kaya diantara menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah nashara, karena gengsi.

Belakangan ini, terdapat pula, diantaranya, kalangan terdidik dari ‘Minang’, yang ikut dalam gerakan liberal, dan diantaranya telah ada, konon, yang berani menikahkan orang yang berbeda agama. Orang-orang ini yang disebut generasi ‘kosmopolitan’, menjadi genarasi baru dari rantau ‘Minang’, yang ada di Jakarta, dan disebut penganut faham ‘pluralis’, dan merasa generasi yang paling modern, dan berhasil meninggalkan budaya mereka, yang mereka anggap ‘kolot’.

Mengapa kita hanya menangisi bangunan yang porakporanda, dan kematian yang menimpa penduduknya?

Mengapa kita tidak menangisi terhadap mereka yang sudah jauh dari Rabbnya, dan meninggalkan agamnya Islam? Mengapa kita tidak menangisi generasi yang sudah jauh dari agamanya Islam, dan menjadi porakporanda akhlaknya, perlilakunya kehidupannya, yang akan lebih menghancurkan lagi bagi kehidupan. Tidak ada artinya kerusakan dan kehancuran akhlak, disbanding dengan gempa yang porakporandakan itu.

Sebelumnya, mereka hanya disibukkan dengan urusan dunia, dan tidak lagi mengingat kematian, dan hari akhirat. Ketika datang peristwa yang menyentakkan kesadaran, mereka menangis, mereka tidak dapat menerima kenyataan. Padahal, semua kehidupan di dunia pasti akan berakhir, termasuk kehidupan manusia itu sendiri.

Wahai manusia, hiduplah sesukamu dalam keadaan sehat,

di bawah naungan istana-istana yang megah, dan segala keinginanmu terpenuhi,

di waktu pagi dan petang.

Tapi, “Apabila nafas sudah mulai tersengal, tinggal satu-satu di dada,

saat itulah kamu tahu pasti,

bahwa dahulu kamu tidak hanya terpedaya dengan kehidupan dunia”.

Betapa sedihnya hati ini, melihat Surauku telah roboh. Bukan karena dahsyatnya hentakan gempa, tapi Surau itu telah ditinggalkan ummatnya. Wallahu ‘alam.

Ayat-Ayat Allah Swt dalam Gempa di Sumatera

Gempa besar berkekuatan 7,6 Skala Richter melantakkan kota Padang dan sekitarnya pukul 17.16 pada tanggal 30 September lalu. Gempa susulan terjadi pada pukul 17.58. Keesokan harinya, 1 Oktober kemarin, gempa berkekuatan 7 Skala Richter kembali menggoyang Jambi dan sekitarnya tepat pukul 08.52.

Adalah ketetapan Allah Swt jika bencana ini bertepatan dengan beberapa momentum besar bangsa Indonesia, dulu dan sekarang:

Pertama, tanggal 1 Oktober merupakan hari pelantikan anggota DPR dan DPD periode 2009-2014 yang menuai kontroversi. Acara seremonial yang sebenarnya bisa dilaksanakan dengan amat sederhana itu ternyata memboroskan uang rakyat lebih dari 70 miliar rupiah. Hal ini dilakukan di tengah berbagai musibah yang mengguncang bangsa ini. Dan kenyataan ini membuktikan jika para pejabat itu tidak memiliki empati sama sekali terhadap nasib rakyat yang kian hari kian susah.

Bukan mustahil, banyak kaum mustadh’afin yang berdoa kepada Allah Swt agar menunjukkan kebesaran-Nya kepada para pejabat negara ini agar mau bersikap amanah dan tidak bertindak bagaikan segerombolan perampok terhadap uang umat.

Satu lagi, siapa pun yang berkunjung ke Gedung DPR di saat hari pelantikan tersebut akan mencium aroma kematian di mana-mana. Entah mengapa, pihak panitia begitu royal menyebar rangkaian bunga Melati di setiap sudut gedung tersebut. Bunga Melati memang bunga yang biasanya mengiringi acara-acara sakral di negeri ini, seperti pesta perkawinan dan sebagainya. Namun agaknya mereka lupa jika bunga Melati juga biasa dipakai dalam acara-acara berkabung atau kematian.

Kedua, 44 tahun lalu, tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965 merupakan tonggak bersejarah bagi perjalanan bangsa dan negara ini. Pada tanggal itulah awal dari kejatuhan Soekarno dan berkuasanya Jenderal Suharto. Pergantian kekuasaan yang di Barat dikenal dengan sebutan Coup de’ Etat Jenderal Suharto ini, telah membunuh Indonesia yang mandiri dan revolusioner di zaman Soekarno, anti kepada neo kolonialisme dan neo imperialisme (Nekolim), menjadi Indonesia yang terjajah kembali. Suharto telah membawa kembali bangsa ini ke mulut para pelayan Dajjal, agen-agen Yahudi Internasional, yang berkumpul di Washington.

Gempa dan Ayat-Ayat Allah Swt

Segala sesuatu kejadian di muka bumi merupakan ketetapan Allah Swt. Demikian pula dengan musibah bernama gempa bumi. Hanya berseling sehari setelah kejadian, beredar kabar—di antaranya lewat pesan singkat—yang mengkaitkan waktu terjadinya musibah tiba gempa itu dengan surat dan ayat yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an.

“Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qur’an!” demikian bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qur’an dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan Allah Swt. Demikian ayatayat Allah Swt tersebut:

17.16 (QS. Al Israa’ ayat 16): “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

17.58 (QS. Al Israa’ ayat 58): “Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).”

8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”

Tiga ayat Allah Swt di atas, yang ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera, berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian, dan kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Ini tentu sangat menarik.

Gaya hidup bermewah-mewah seolah disimbolisasikan dengan acara pelantikan anggota DPR yang memang WAH. Kedurhakaan bisa jadi disimbolkan oleh tidak ditunaikannya amanah umat selama ini oleh para penguasa, namun juga tidak tertutup kemungkinan kedurhakaan kita sendiri yang masih banyak yang lalai dengan ayat-ayat Allah atau malah menjadikan agama Allah sekadar sebagai komoditas untuk meraih kehidupan duniawi dengan segala kelezatannya (yang sebenarnya menipu).

Dan yang terakhir, terkait dengan “Fir’aun dan para pengikutnya”, percaya atau tidak, para pemimpin dunia sekarang ini yang tergabung dalam kelompok Globalis (mencita-citakan The New World Order) seperti Dinasti Bush, Dinasti Rotschild, Dinasti Rockefeller, Dinasti Windsor, dan para tokoh Luciferian lainnya yang tergabung dalam Bilderberg Group, Bohemian Groove, Freemasonry, Trilateral Commission (ada lima tokoh Indonesia sebagai anggotanya), sesungguhnya masih memiliki ikatan darah dengan Firaun Mesir (!).

David Icke yang dengan tekun selama bertahun-tahun menelisik garis darah Firaun ke masa sekarang, dalam bukunya “The Biggest Secret”, menemukan bukti jika darah Firaun memang menaliri tokoh-tokoh Luciferian sekarang ini seperti yang telah disebutkan di atas. Bagi yang ingin menelusuri gais darah Fir’aun tersebut hingga ke Dinasti Bush, silakan cari di www.davidicke.com (Piso-Bush Genealogy), dan ada pula di New England Historical Genealogy Society.

Nah, bukan rahasia lagi jika sekarang Indonesia berada di bawah cengkeraman kaum NeoLib. Kelompok ini satu kubu dengan IMF, World Bank, Trilateral Commission, Round Table, dan kelompok-kelompok elit dunia lainnya yang bekerja menciptakan The New World Order. Padahal jelas-jelas, kubu The New World Order memiliki garis darah dengan Firaun. Kelompok Globalis-Luciferian inilah yang mungkin dimaksudkan Allah Swt dalam QS. Al Anfaal ayat 52 di atas. Dan bagi pendukung pasangan ini, mungkin bisa disebut sebagai “…pengikut-pengikutnya.”

Dengan adanya berbagai “kebetulan” yang Allah Swt sampaikan dalam musibah gempa kemarin ini, Allah Swt jelas hendak mengingatkan kita semua. Apakah semua “kebetulan” itu sekadar sebuah “kebetulan” semata tanpa pesan yang berarti? Apakah pesan Allah Swt itu akan mengubah kita semua agar lebih taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Atau malah kita semua sama sekali tidak perduli, bahkan menertawakan semua pesan ini sebagaimana dahulu kaum kafir Quraiys menertawakan dakwah Rasulullah Saw? Semua berpulang kepada diri kita masing-masing.

Wallahu’alam bishawab. (Ridyasmara)

Misteri Al-Jasassah di Hadits Dajjal

Siapakah al Jassasah?

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Fathimah binti Qais berkata,”Aku mendengar suara seruan dari muadzin Rasulullah saw untuk melaksanakan shalat maka aku pun berangkat ke masjid dan shalat bersama Rasulullah saw. Aku shalat di shaff para wanita dibelakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah saw duduk diatas mimbar sambil tersenyum beliau bersabda,”Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Dari yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasranai kini telah memeluk islam dan membaiatku.

Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan kepada kalian tentang al Masihaddajjal. Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak sangat dekat dengan kapal.

Setelah itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.

Mereka berkata,”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.” Ia menjawab,”Saya adalah al jassasah. Mereka bertanya,”Apakah al jassasah itu? (tanpa menjawab) ia berkata,”Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!”

Tamim ad Dari berkata,”Katika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.

Kami berkata,”Celaka, siapakah kamu ini?’ ia menjawab,”Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?’ Mereka menjawab,”Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami berkata,’Celaka, apakah kamu ini?’ ia menjawab,”Aku adalah al jassasah.’ (Tanpa menjawab) ia berkata,”Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan.”

Ia (laki-laki besar yang terikat itu) berkata,”Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon korma yang ada didaerah Baisan?” Kami berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?” Ia berkata,”Saya menanyakan pakah pohon-pohon korma itu berbuah?’ Kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi.’

Kemudian ia berkata lagi,”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.’ Mereka berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya? Ia bertanya,”Apakah ia tetap berair?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis.’

Kemudian ia berkata lagi,’Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.’ Mereka menjawab,’Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’ Ia bertanya,”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?’ Kami menjawab,’benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.’

Lalu ia berkata lagi,’Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa sajakah yang sudah ia perbuat?’ Mereka menjawab,’Dia telah keluar dari Mekah menuju Madinah.’ Lalu ia bertanya,’Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia bertanya,’Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?’ Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.’ Lalu ia berkata,’Apakah itu semua telah terjadi?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah al masihuddajal dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya.

Ia (Fathimah, si perawi hadits) berkata,”Rasulullah saw bersabda sambil menghentakkan tongkatnya diatas mimbar,”Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?’ Orang-orang (para sahabat) menjawab,”Benar.’ Beliau saw berkata,’Saya tertarik dengan apa-apa yang dikatakan oleh Tamim ad Dari, karena ia bersesuaian dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekkah. Bukankah ia (tempat dajal) terletak di laut Syam atau laut Yaman? Dimana Rasulullah saw mengisayaratkan tangannya kearah timur. Ia (Fathimah) berkata,”Hal ini saya hafalkan dari Rasulullah saw.” (HR. Muslim)

Didalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah mengakhirkan shalat isya pada suatu malam kemudian beliau saw keluar dan bersaba,”Aku terhalangi oleh kisah yang diceriakan oleh Tamim ad Dari tentang seorang laki-laki di sebuah pulau di tengah laut. Dan ketika ada seorang wanita yang terurai rambutnya lalu ada yang bertanya,”Siapakah kamu?’ wanita itu menjawab,”Aku adalah al jassasah. Dan pergilah ke biara itu.’ Maka aku (Tamim ad Dari) pun pergi menemui seorang laki-laki yang terurai rambutnya dan terbelenggu oleh besi melompat-lompat antara langit dan bumi.’ Aku pun bertanya,’Siapakah kamu?’ dia menjawab,’Aku adalah dajjal. Apakah tekah diutus seorang nabi yang ummi?’ Aku menjawab,’benar.’ Dia berkata,’Apakah mereka menaatinya atau makasiat terhadapnya?’ aku menjawab,’bahkan mereka menaatinya.’ Dia berkata,’hal itu lebih baik bagi mereka.”

Didalam menjelaskan tentang al jasssasah ini, al ‘Alamah Abu Thayib Abadi mengatakan bahwa mereka (rombongan Tamim) bertemu dengan seekor binatang melata yang berambut sangat lebat lalu binatang itu ditanya,”Siapakah kamu?’ dia menjawab,”Aku adalah al jassasah.” Ada yang mengatakan bahwa untuk menggabungkan antara dia riwayat tersebut yaitu bahwa dajjal memiliki dua al jassasah. Yang pertama adalah seekor binatang sedangkan yang kedua adalah seorang wanita.

Ada kemungkinan juga bahwa al jassasah adalah setan yang kadang menyerupai seekor binatang melata dan kadang menyerupai seorang wanita. Dan setan memiliki kemampuan untuk merubah bentuk dalam bentuk apa saja yang dia inginkan.

Atau ada kemungkinan bahwa ia adalah seorang wanita, karena wanita juga dinamakan dengan binatang melata sebagai bentuk kiasan sebagaimana firman Allah swt :

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا

Artinya,”Dan tidak ada suatu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud : 6) – (Aunul Ma’bud juz XI hal 334 – 335)

Dari hadits tersebut diatas dapat diketahui bahwa dajjal saat ini ada bahkan sejak zaman Nabi saw dan masih dipenjarakan di suatu pulau ditengah laut begitu pula dengan al jassasah yang bertugas mencar-cari berita untuk dajjal.

Prilaku Tajassus Dalam Keseharian

Tentang al jassasah ini, Imam Nawawi mengatakan bahwa dinamakan al jassasah dikarenakan binatang itu ditugaskan untuk tajasssus atau memata-matai dan menyelidiki untuk mencari berbagai berita yang akan diberikan kepada dajjal. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 104)

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa al jassasah berada disuatu pulau ditengah laut memata-matai sambil mencari berita yang akan diberikan kepada dajjal.. sebagaimana disebutkan didalam hadits Tamim ad Dari, yang mengatakan,”Saya adalah al jassasah” yaitu binatang yang dilihat disuatu pulau ditengah laut. Dan dinamakan dengan nama itu dikarenakan biantang itu mencari berbagai berita untuk diberikan kepada dajjal. (Lisanul Arab juz VI hal 38)

Penuturan Imam Nawawi dan Ibnu Manzhur diatas adalah menurut arti bahasanya yang berarti memata-matai, mengintip atau menyelidiki. Sehingga orang yang senantiasa berusaha mencari-cari berita atau informasi disebut dengan al jaasuus. Al Jaasuus juga dipakai untuk orang yang senantiasa mencari-cari aib atau cacat orang lain, sebagaimana disebutkan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah saw bersabda,”Janganlah kalian saling memata-matai…”

Dan mereka semua tidaklah bisa disebut dengan al jassasah dikarenakan dalil-dalil yang menceritakan tentang al jassasah tidaklah diperuntukkan bagi mereka, sebagaimana penjelasan diatas meskipun secara lahiriyahnya ada kesamaan prilaku antara keduanya yaitu sama-sama mencari berita.

Wallahu A’lam

Misteri Ya'juj dan Ma'juj

Diantara tanda-tanda kiamat besar adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Para ulama berbeda pendapat tentang nasab mereka. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Adam.

Al Hafizh Ibnu Hajar lebih memilih pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah dua kabilah dari keturunan Yafits bin Nuh, yang keduanya adalah keturunan dari Adam dan Hawa. Hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Said al Khudriy bahwa Nabi saw bersabda,”’Wahai Adam.’ Adam berkata,”Labbaik wa sa’daik dan kebaikan ada pada-Mu.’ Allah berfirman,”Keluarkanlah ba’sannnar.” Adam bertanya,”Apa itu ba’tsannar?” Allah berfirman,”Dari setiap 1000 orang ia ada 999 orang maka pada saat itu anak kecil akan beruban, seorang yang hamil akan meletakkan kandungannya dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal Sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS. Al Hajj : 2).’ Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah manakah diantara kami yang satu itu (1000 – 999) ?” beliau saw menjawab,”Bergembiralah kalian, sesungguhnya seorang dari kalian sama dengan 1000 orang dari Ya’juj dan Ma’juj.” Kemudian beliau saw bersabda,"Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku berharap kalian menempati seperempat penduduk surga.” Maka kami pun bertakbir. Lalu beliau saw bersabda,”Aku berharap kalian menempati sepertiga penduduk surga.” Maka kami pun bertakbir. Lalu beliau saw bersabda,”Aku berharap kalian menempati separuh penduduk surga.” Maka kami pun bertakbir. Lalu beliau bersabda,”Tidaklah kalian diantara manusia kecuali bagai sehelai bulu hitam dibadan seekor sapi putih atau bagai sehelai bulu putih dibadan seekor sapi hitam.”

Didalam fatwa al Lajnah Ad Daiimah Lil Buhuts wa al Ifta disebutkan bahwa ya’juj dan ma’juj ini berada di benua Asia, sebelah utara Cina.
Amin Muhammad Jamaludin didalam kitabnya “Umur Umat Islam” mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Yaftits bin Nuh. Karena Nuh mempunyai tiga orang anak, yaitu Ham, yang menjadi nenek moyang orang Habsyi (Afrika). Anak kedua bernama Sam, yang menjadi nenek moyang bangsa Arab, Persia dan Romawi. Sedangkan anak ketiga bernama Yafits yang menjadi nenek moyang bangsa Turki.

Karenanya Ya’juj dan Ma’juj adalah turunan paman-paman dari Turki (yaitu bangsa-bangsa Cina, Rusia, Mongolia. Bermuka lebar, bermata sipit (kecil), berambut pirang (hitam keputih-putihan atau keruh seperti awan), seakan-akan wajah mereka adalah seperti meja yang bundar. Ciri-ciri mereka yang seperti itu telah diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abu Harmalah dari bibinya.

Dimana mereka sekarang ?
Allah swt berfirman :
حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا ﴿٩٣﴾
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا ﴿٩٤﴾
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ﴿٩٥﴾
Artinya : “Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: "Hai Dzulqarnain, Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (QS. Al Kahfi : 93 – 95)

Jadi Ya’juj dan Ma’juj terkurung dibelakang dinding yang dibangun oleh Dzulqornain untuk mereka dikarenakan mereka banyak melakukan kerusakan dan kejahatan di muka bumi.

Dinding penghalang itu tebal, teguh dan tinggi menjulang yang terbuat dari besi dan tembaga yang dicampur, sehingga mereka tidak dapat melubanginya karena saking tebalnya dan tidak pula dapat memanjatnya karena saking tinggi dan licinnya. Dinding tersebut dibangun antara dua pembatas yang besar yaitu dua gunung yang besar.
Lalu dimanakah letak dinding ini? Ibnu Abbas, tinta umat dan ahli tafsir Al Qur’an mengatakan bahwa ia (dinding itu) terletak di persimpangan negeri Turki dengan Rusia, berdekatan dengan pegunungan kaukasus.” Pegunungan Kaukasus tingginya berkisar antara 1000 sampai dengan 3000 meter)

Walaupun demikian, lebih baik bagi kita untuk mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang akan dapat atau mampu mencapai tempat mereka, sebagaimana halnya siapa pun tidak akan dapat mencapai tempat dajjal (baca : Misteri al Jassasah di Hadits Dajjal) yang sampai sekarang masih terkurung apalagi mengeluarkannya. Karena keluarnya mereka semua adalah sebuah ‘masalah takdir” yang mempunyai waktu yang sudah maklum dan ditentukan didalam Lauh Mahfuzh.

Firman Allah swt :
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَاء وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاء وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
Artinya : “Dzulqarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, Maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar". (QS. Al Kahfi : 98)

Wallahu A’lam